1. Harus ada yang mediator
Inilah syarat pertama dan dan utama dalam taaruf. Inilah
perbedaan paling mencolok dengan praktik pacaran. Adanya mediator menjadikan
pertemuan sejoli menjadi lebih beretika dan terjaga dari perbuatan yang zina
dan dosa.
Sebab, praktik pacaran itu bertemunya sejoli bukan mahramnya yang belum resmi menikah dalam satu tempat, tanpa ada orang ketiga sebagai pendamping. Inilah yang diwanti-wanti Rasulullah Muhammad saw. “Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita karena sesungguhnya setan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua” (HR. Ahmad 1/18, Ibnu Hibban [lihat Shahih Ibnu Hibban 1/436], At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awshoth 2/184, dan Al-Baihaqi dalam sunannya 7/91. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah 1/792 no. 430).
Sebab, praktik pacaran itu bertemunya sejoli bukan mahramnya yang belum resmi menikah dalam satu tempat, tanpa ada orang ketiga sebagai pendamping. Inilah yang diwanti-wanti Rasulullah Muhammad saw. “Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita karena sesungguhnya setan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua” (HR. Ahmad 1/18, Ibnu Hibban [lihat Shahih Ibnu Hibban 1/436], At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awshoth 2/184, dan Al-Baihaqi dalam sunannya 7/91. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah 1/792 no. 430).
Mediator ini bisa dari kerabat salah satu pihak, bisa orang
yang terpercaya atau sosok yang kesholehannya sudah diakui. Seorang mediator
haruslah berpengalaman tentang pernikahan dan memahami etika pergaulan pria
wanita dalam Islam. Sehingga dia bisa mengarahkan peserta taaruf. Maka syarat
pertama dalam taaruf adalah adanya mediator yang amanah. Inilah salah satu
syarat taaruf yang mesti Anda siapkan.
Karena jebakan syetan itu sangat lihai. Karena itu, Allah
melarang kita mendekati zina. ““Janganlah kalian mendekati perbuatan zina.
Sesungguhnya zina itu merupakan perbuatan keji dan sejelek-jelek jalan” (QS. Al
Isra’: 32). Mendekati saja dilarang, karena memang sangat kuat daya tarik nafsu
itu. “Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah (godaan) yang lebih berbahaya
bagi laki-laki daripada fitnahnya wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya
Allah menjadikan kalian berketurunan (regenerasi) di atasnya, lalu Dia akan
melihat bagaimana kalian berbuat. Maka berhati-hatilah kalian terhadap dunia
dan hati-hatilah terhadap wanita, karena awal fitnah yang menimpa Bani Israil
dari wanitanya” (HR. Muslim).
Karena itu, peran mediator ini sangat signifikan. Dia bisa
berperan sebagai pengarah, verifikator, motivator, dan teman curhat bagi para
peserta ini. Karena itu, mediator harus sikap adil dan amanah seperti halnya
wasit dalam laga olah raga.
2. Mengisi biodata taaruf secara jujur
Dikarenakan taaruf itu tidak seperti pacaran, maka kedua
kandidat harus mengisi biodata taaruf secara jujur dan transparan. Tidak ada
yang ditutup-tutupi terkait kekurangan diri dan mungkin riwayat pernikahan
sebelumnya, khusus bagi peserta janda atau duda. Kalau pasangan berpacaran kan
seringkali mereka bebas bertemu dan berduaan sambil bicara tentang diri
masing-masing.
Namun di taaruf ini, profil diri diwakili oleh biodata atau
curriculum vitae ini. Misalnya tentang sifat jelek kita, kelemahan kita, riwayat
penyakit, dan latar belakang keluarga. Di sinilah kejujuran kita diuji. Biarlah
kandidat pasangan kita memahami kita dan jika nantinya ia menerima kita, maka
itu apa adanya diri kita masing-masing. Inilah salah satu
syarat taaruf yang mesti Anda siapkan.
Nah, para mediator nantinya harus menjaga biodata ini agar
tetap rahasia dan bersifat privasi. Kedua kandidat juga harus menjaga
kerahasiaan ini. Jika memang nanti belum berjodoh, maka keduanya wajib mengembalikan
biodata yang ditukar atau menghapus biodata itu jika berupa softcopy serta
tetap menutup rapat isi biodata calonnya yang terdahulu. Semua itu demi privasi
masing-masing dan menutup segala celah fitnah yang bisa muncul di kemudian
hari.
Pada proses taaruf, nanti mediator akan melakukan verifikasi
terrhadap isi biodata dengan berbagai cara. Bisa dengan ngobrol langsung dengan
peserta taaruf atau berkunjung ke keluarga peserta. Dan selama proses memang
biasanya akan terkonfirmasi sebagian kecil atau sebagian besar profil peserta
taaruf.
3. Memberikan foto diri secara alami/wajar
3. Memberikan foto diri secara alami/wajar
Maka tak perlu memberikan foto diri kepada mediator atau
kepada kandidat dengan foto yang editing yang berlebihan. Karena itu merupakan
itikad buruk dan menunjukkan kurang jujur. Selain itu, hal ini membuat kita
seakan tidak bersyukur dengan anugerah Allah kepada kita. Inilah salah satu
syarat taaruf yang mesti Anda siapkan.
Semua pihak yang berkepentingan dalam proses taaruf ini
harus menjaga foto-foto ini tetap rahasia.
Tidak diperkenankan untuk ditunjukkan di media sosial juga kepada pihak
yang tidak berkepentingan. Yang boleh melihat foto-foto hanya masing-masing
peserta yang sedang ditaarufkan, mediator, dan keluarga dekat yang bisa memberi
masukan terkait kesiapan menikah tiap peserta.
Jika memang kedua calon ini belum merasa cocok, maka foto-foto itu harus
dikembalikan kepada mediator jika berupa cetakan atau dihapus jika berupa copy.
Semua demi kebaikan masing-masing di masa mendatang dan mengantisipasi hal-hal
yang tidak baik di kemudian hari yang mungkin muncul.
(foto)
(foto)
(Oki Aryono, fasilitatator dan pendamping Komunitas Ngaji Jodoh Jawa Timur).
Tinggalkan komentar dan alamat email jika ingin lebih tahu komunitas ini. insya Allah kami akan membalas email Anda. Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment