Sejak 2013, saya dan beberapa kawan membuka diri sebagai
fasilitator cari jodoh islami di Surabaya. Ada 50an jomblo dan jomblowati yang
mengadu nasib lewat usaha ini. Dalam ini, setidaknya Allah takdirkan berjodoh 3-5
pasangan per tahun. Banyak alasan orang cari jodoh lewat cara taaruf ini. Mari kita
lihat apa bagian utama dalam cari jodoh yang
baik itu. Setidaknya ada 4 bagian utama. Kita ulas sama-sama di sini.
Setelah berjalan lima tahun, ‘hanya’ ada satu pasutri berjodoh sepanjang
2018. Begitulah, namanya juga rahasia ilahi. Saya dan kawan-kawan hanya
berusaha. Manusia berencana, Allah pun punya rencana. Entah rencana kita yang
ke berapa yang klik dengan rencana Allah.
Kemudian saya membuat analisis sederhana. Dari puluhan
lajang ini, apa saja yang menjadikan kendala cari jodoh? Ada yang menginginkan
calon suaminya yang sudah mapan. Ada yang ikhwan hanya lulusan sekolah menengah
pertama. Tidak sampai sarjana. Ada yang usianya terpaut 9-10 tahun.
Ada yang mengisi biodata hanya satu halaman saja karena memang
pendidikan dan aktivitasnya tidak banyak. Ada kandidat yang mengisi sampai 7
bahkan 11 halaman, panjangnya sudah melebihi menulis cerpen mungkin.
Macam-macam pokoknya. Hal-hal seperti itu MUNGKIN dianggap
perkara prinsip dalam mencari jodoh. Namun pertanyaannya, apakah betul
demikian?
Mari kita menggunakan ilustrasi dengan sebuah pot. Ada tiga
jenis benda yang di dalam pot: batu, kerikil dan pasir. Pot telah terisi penuh
dengan sejumlah batu, kerikil dan pasir.
Lalu kita tumpahkan semuanya. Lalu kita isi ulang. Agar muat
seluruh benda itu, maka batu-batu lebih dahulu dimasukkan. Kemudian kerikil
kita masukkan dan itu akan masuk ke sisi yang ada rongganya. Terakhir pasir.
Karena pasir bisa masuk ke sela-sela dan celah yang tidak bisa ditempati batu
dan kerikil.
Begitu pula kehidupan. Jika kita salah pilih menempatkan
'batu' maka urusan kita tidak akan kunjung tuntas. Kita harus memilih dan
memilah mana urusan yang besar seperti batu, mana yang lebih kecil seperti
kerikil dan bahkan pasir.
Dalam memilih calon pasangan hidup, kita harus tentukan
secara tepat mana batu, kerikil dan pasir. Jangan salah pilih. Pilihlah batunya
dulu. Bagian utamanya dulu.
Saya membuat analogi tentang 'batu' ini. Pilihlah batu itu:
agama/aqidah, sholat, tanggung jawab dan akhlak. Maka pastikan calon kita itu
sudah memadai di empat 'batu' ini.
Jika empat batu ini telah masuk pot (baca: benak), insya
Allah lainnya akan masuk ke sela-sela kehidupan (rumah tangga) kita. InsyaAllah
kita lebih mudah menata hidup. Mari kita ulas satu per satu.
1. Beragama Islam
Bagi muslim, aqidah itu
pondasi. Jika tidak benar tatanannya, ambruk agama kita. Islam dan iman itu bukti registrasi kita di
hadapan Allah. Setelah registrasi, maka aplikasikan dengan beramal sholeh. Maka
calon pasangan kita harus sama keimanan
kepada Allah SWT dan ajaran Rasulullah Muhammad Saw. Itu mutlak. Maka jangan
mudah tergiur dengan calon yang berbeda keimanan meskipun elok rupawan. Karena
itu akan menjerumuskan kita ke penyesalan dan sengsara (QS. Al Baqarah 221).
Hidup tidak hanya di dunia, namun nanti berlanjut hingga
akhirat. Harga iman di akhirat kelak akan lebih mahal daripada emas seberat
bumi (QS. Ali Imron 91).
2. Sholat lima waktu.
Bukti keislaman seseorang adalah
komitmennya terhadap sholatnya. Siapa yang menyepelekan, maka dia akan mudah
menyepelekan hal penting lainnya. Termasuk menyepelekan dosa-dosa. Karena
sholat bertujuan membersihkan diri dari dosa dan mencegah perbuatan keji dan
mungkar.
3. Rasa Tanggung Jawab
‘Batu’ ketiga adalah rasa tanggung jawab. Pria adalah pemimpin.
Dia wajib mencari nafkah. Jika memang ada kekurangan di sana-sini, terimalah
jika memang itu rezeki yang halal. Boleh saja istri ikut berusaha mencari
tambahan. Yang pasti, kerja sama dan keharmonisan akan melahirkan keberkahan.
Selama 10 tahun lebih menjadi redaktur majalah Al Falah,
saya sering mendapatkan kiriman surat pembaca di rubrik konsultasi agama
tentang keluhan dari istri. Ada suami yang tidak bekerja selama dua tahun tanpa
alasan yang tepat. Bahkan ada yang 9 tahun menganggur. Tiap hari sang istri
mengirimkan surat lamaran kerja. Suaminya ogah-ogahan. Hanya mengandalkan
kekayaan orang tuanya saja.
Ada pula suami yang selalu bikin onar di kantornya. Setiap
pindah kerja, selalu begitu. Si istrinyalah yang selalu turun tangan
menyelesaikannya. Kadang keluarga besarnya bersusah payah ikut terjun. Inilah
contoh buruk pria tak punya rasa tanggung jawab.
4. Sikap/akhlak terhadap orang lain
Batu terakhir adalah akhlak terhadap orang lain, khususnya
persoalan uang. Jika calon pasangan Anda bisa menjalin hubungan baik dengan
orang lain, insya Allah dia layak Anda terima lamarannya. Banyak orang (bisa
tokoh dan juga biasa) yang rusak nama baiknya gara-gara ceroboh mengatur
keuangan.
Ada yang mudah ngemplang utang, suka foya-foya, ada yang
suka kabur dengan membawa uang orang lain, utang bertumpuk, suka judi, korupsi,
penipuan, dan praktik culas lainnya. Tidak hanya pria, kaum wanita juga sering
ceroboh dalam hal muamalah seperti ini.
Rumah tangga yang diisi sosok yang ceroboh seperti ini akan
berantakan. Mudah cekcok dan nauzubillah bisa berurusan dengan aparat hukum.
Sulit mencapai sakinah.
Itulah analisis sederhana saya tentang batu kehidupan. Kalau
batu ini sudah selesai kita tuntaskan, insya Allah hal lainnya hanya kerikil
dan bahkan pasir.
Gelar sarjana, kemapanan, jenis pekerjaan, asal suku, dan
budaya akan jadi kerikil atau juga pasir saja. Dia akan masuk ke sela-sela
batu-batu tadi. Jadi, jangan salah pilih.
(Oki Aryono, fasilitatator dan pendamping Komunitas Ngaji Jodoh Jawa Timur).
Tinggalkan komentar dan alamat email jika ingin lebih tahu komunitas ini. insya Allah kami akan membalas email Anda. Semoga bermanfaat.
Tinggalkan komentar dan alamat email jika ingin lebih tahu komunitas ini. insya Allah kami akan membalas email Anda. Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment